Nama
William Soerjadjaja
Panggilan:
Om William
Lahir
Majalengka, 20 Desember 1923
Isteri:
Lily Anwar (Nikah di Bandung, 15 Januari 1947
Anak:
– Edward (21 Mei 1948)
– Edwin (17 Juli 1942)
– Joyce (14 Agustus 1950)
– Judith (14 Februari 1952)
Jabatan:
Presiden Komisaris SIMA (PT Siwani Makmur Tbk
Memang tidak banyak orang yang mengenal sosok William Soerjadjaja atau biasa dipanggil om William. Tetapi bagi dia yang sudah mengabdi di perusahaan Astra International maupun anak perusahaannya, pasti mengenal sosok beliau yang di kenal sangat ramah ini. Yup, beliau adalah seorang ksatria yang berhasil mendirikan perusahaan besar yang diberi nama Astra. Pada saat mengikuti PPK (Program Pengenalan Kampus) yang diadakan Politeknik Manufaktur Astra, saya dan teman-teman sesama mahasiswa baru mendapat kesempatan untuk mendengarkan sejarah Astra yang sekarang ini memiliki kurang lebih 160 anak perusahaan dan memiliki sekitar 120.000 karyawan. Berikut ini akan saya ceritakan sejarah Astra dan sedikit sejarah om William yang saya dapat dari salah satu petinggi Astra International.
TENTANG ASTRA
Om William adalah kelahiran Majalengka 20 Desember 1923. Om William bersama saudara kandungnya membangun sebuah perusahaan yang diberi nama Astra pada tahun 1957. Awalnya perusahaan ini bergerak di bidang alat pertanian, hingga pada suatu ketika om William diberi kepercayaan dari salah satu instansi pemerintahan yang kalau tidak salah instansi itu adalah PLN untuk mendatangkan 800 unit truk Chevrolet dari Amerika. Setelah 800 truk tiba di Indonesia dan PLN sudah menggunakannya, om William mencoba untuk menjadi ATPM (Agen Tunggal pemegang Merek) Chevrolet. Tetapi apalah daya, permintaan om William di tolak oleh pihak Chevrolet Amerika. Dengan semangat yang pantang menyerah, om William sekali lagi mencoba menjadi ATPM Toyota yang bermarkas di Jepang. Dengan bermodalkan berhasilnya mendatangkan 800unit truk Chevrolet, akhirnya om William mendapat kepercayaan itu dan pada tahun 1971 peresmian PT. Toyota Astra Motor (TAM) sebagai impotir dan distributor kendaraan Toyota di Indonesia. Produk pertama TAM adalah Kijang Pick Up mirip kijang doyok/buaya dengan engsel pintu di luar dan pintunya menganut Frame less (kaya mobil sport aja ya. Hehehe… ) tanpa kaca. Sebagai penggantinya terpal plastik transparan menjadi solusinya.
Perusahaan yang di pegang oleh om William memang sangat berkembang pesat. Bahkan saat pembukaan hari pertama Astra masuk Go Public di Bursa Efek Jakarta harga per lembar sahamnya dibanderol senilai 14.000/per lembar saham. Tetapi saat penutupan hari pertama harga per lembar saham naik drastis hingga dibanderol 33.000/per lembar saham. Karena perusahaan yang berkembang sangat pesat ini alhasil Pak Harto, anak-anaknya, beserta seluruh antek-anteknya sangat ingin memiliki saham di perusahaan Astra International ini. Tetapi om William tidak ingin melepas sahamnya di Astra International dan ini membuat Pak Harto DKK geram terhadap om William. Hingga pada suatu ketika saat Pak Harto ingin membuat mobil nasional dan Astra sudah mengajukannya dengan produk mobil Kijang, salah satu anak Pak Harto berkata kepada ayahnya “Pa, Astra tidak bisa apa-apa. Membuat sekruppun mereka tidak bisa”. Padahal pada saat itu mesin Toyota berkode K7 sudah bisa di eksport ke Singapura. Karena Pak. Harto mendegar itu dari anaknya sendiri alhasil Pak Harto menjawab “Ya sudah kamu yang urus saja nak”. Setelah itu beredarlah mobil yang disebut Timor.
Lalu pada sekitar tahun 1997 dengan datangnya badai Krisis Moneter (Krismon), membuat anak pertama om William yang bernama Edward harus kalah “kliring” yang membuat bank miliknya itu merugi banyak (Bank Summa). Melihat seperti itu mau tidak mau om William harus menjual seluruh sahamnya kepada Pak Harto DKK untuk mengembalikan seluruh uang nasabah Bank Sukma. Tetapi tidak lama setelah itu, Astra International sahamnya lebih dari 50% dipegang oleh salah satu pengusaha Hongkong hingga saat ini. Apabila dahulu pengusaha asal hongkong ini hanya menginvestasikan uang sebesar 1 Triliun Rupiah, sekarang uang yang dia investasikan itu sudah lebih dari 60 Triliun Rupiah. Hingga saat ini, saat om William berkunjung ke Astra International tidak jarang om William meneteskan air matanya.
Kebaikan Hati Sang Pemimpin Sejati
Dahulu saat Astra International masih dalam asuhan om William, setiap setelah jam 5 sore istri om William selalu berkeliling kantor sambil membawa checker untuk menghitung berapa jumlah karyawan yang lembur. Setiap karyawan yang lembur selalu dibelikan nasi kotak ter-enak di zamannya dan tidak sedikit karyawan yang lembur, om William memberi uang kepada karyawannya dan tidak sedikit juga karyawannya yang berkata “Ga usah om, gapapa”. Setelah mendengar itu om William pasti menjawab “Ini bukan untuk kamu, tetapi untuk anak kamu. Seharusnya jam 5 tadi, anak kamu sudah bisa bertemu dan bersendah gurau dengan kamu. Tetapi hingga jam segini, anak kamu belum bisa bertemu kamu”. Kebaikan seperti inilah yang membuat banyak karyawan Astra International yang sudah bekerja lebih dari 20tahun.